A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam
beberapa sumber bacaan mengenai keagamaan, dapat dijumpai berbagai kata yang
menunjuk pada pengertian agama. Pengertian agama dapat dilihat dari segi
kebatasan (etimologis) dan segi istilah. Mengartikan agama ari sudut kebahasan
akan terasa terasa lebih mudah dari pada mengartikan agama dari sudut istilah
ini sudah mengandung muatan subjektif dari orang yang mengartikannya.
Agama
adalah kata yang sangat mudah diucapkan dan mudah pula menjelaskan maksudnya,
khususnya kepada orang awan, tetapi sangat sulit memberikan definisi yang tepat
bagi para ahli. Hal ini disebabkan, antara lain dalam menjelaskan sesuatu
secara ilmiah mengharuskan adanya rumusan yang mampu menghimpun semua unsur
yang didefinisikan sekaligus mengeluarkan seala yang tidak termasuk unsurnya.
Kemudahan yang diambil orang awan disebabkan oleh cara mereka dalam merasakan
kehadiran agama dan perasaan itulah yang mereka lukiskan.
Berdasarkan
latar belakang tersebut penulis ingin mengetahui :
1. Bagaimana pentingnya
agama dalam kehidupan.
a.
Pengertian
agama dari segi kebahasaan (etimologis) dan segi istilah (terminologis).
b.
Unsur-unsur
dalam agama.
c.
Kebutuhan
manusia terhadap agama.
d.
Fungsi
dan peran agama dalam kehidupan.
2. Tujuan Permasalahan
a.
Ingin
mengetahui pengertian agama dari segi kebahasaan (etimologis) dan dari segi
istilah (terminologis).
b.
Ingin
mengetahui unsur-unsur dalam agama.
c.
Ingin
mengetahui sebab manusia membutuhkan agama.
d.
Ingin
mengetahui fungsi dan peran agama dalam kehidupan.
B.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Agama
Agama dari sudut bahasa (etimologis)
berarti peraturan-peraturan tradisional, ajaran-ajaran, kumpulan-kumpulan hukum
yang turun-temurun dan ditentukan oleh adat kebiasaan. Agama itu sebenarnya
berasal dari bahasa sanskerta, yaitu A
dan Gam. A artinya tidak dan Gam
artinya pergi. Jadi bermakna tidak pergi yang berarti tetap di tempat.
Agama sama artinya dengan peraturan
dalam bahasa Indonesia. Agama asalnya terdiri dari dua suku kata, yaitu a
berarti tidak dan gama berarti kacau. Jadi, agama mempunyai arti tidak kacau.
Dalam bahasa arab agama berasal dari
kata ad-din (`9#), dalam bahasa latin, yaitu dari kata religi, dan
bahasa inggris Religion. Adalagi
pendapat yang mengatakan bahwa agama berarti teks atau kitab suci. Harun
Nasution mengatakan bahwa asal kata religi adalah Relegare yang mengandung arti mengumpulkan, membaca, mengikat.[1]
Secara istilah para ahli mengemukakan
definisi agama sebagai berikut:
a.
WJS.
Poerwadarminta
Agama adalah
segenap kepercayaan (kepada Tuhan, Dewa dan sebagainya) serta dengan kebaktian
dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.
b.
Adi
Negoro
Agama adalah
suatu keyakinan pada yang maha kuasa, yang dirasa oleh manusia sebagai kekuatan
gaib yang mempengaruhi kehidupannya dan dianggap mempengaruhi segala yang ada,
serta mula jadi segala-galanya dalam alam ini.
c.
Asy-Syahrastani
Agama adalah
ketaatan dan kepatuhan dan tekadang bisa diartikan sebagai pembalasan dan
perhitungan terhadap amal perbuatan diakhirat.
Harun Nasution
mendefiniskan agama sebagai berikut:
1) Pengakuan terhadap adanya hubungan
manusia dengan keuatan gaib yang harus dipatuhi.
2) Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib
yang menguasai manusia.
3) Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup
yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada diluar diri manusia
yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
4) Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib
yang menimbulkan cara hidup tertentu.
5) Suatu sistem tingka laku (code of
conduct) yang berasal dari kekuatan gaib.
6) Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban
yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib.[2]
2.
Unsur-Unsur Dalam Agama
Unsur-unsur penting dalam agama
sebagaimana dijelaskan oleh Harun Nasution adalah sebagai berikut:
a.
Unsur
kepercayaan terhadap kekuatan gaib.
Kekutan gaib
tersebut dapat mengambil bentuk yang bermacam-macam. Dalam agama primitif
kekuatan gaib tersebut dapat mengambil bentuk benda-benda yang memiliki
kekuatan misterius (sakti), ruh atau jiwa yang terdapat pada benda-benda yang
memiliki kekuatan misterius; dewa dan Tuhan atau Allah dalam istilah yang lebih
khusus dalam agama islam.
b.
Unsur
kepercayaan bahwa kebahagian dan kesejahteraan hidup di dunia ini dan diakhirat
nanti tergantng pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan gaib dimaksud.
Dengan hilangnya hubungan yang baik itu, kesejahteraan dan kebahagian yang
dicari akan hilang pula hubungan baik itu selanjutnya diwujudkan dalam bentuk
peribadatan, selalu mengingat-Nya, melaksanakan segala perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya.
c.
Unsur
respon yang bersifat emosional dari manusia.
Respon tersebut
dapat mengambil bentuk rasa takut atau perasaan cinta selanjutnya respon
tersebut dapat pula mengambil bentuk penyembahan seperti yang terdapat pada
agama-agama menoteisme, dan pada akhirnya respon tersebut mengambil bentuk dan
cara hidup tertentu bagi masyarakat yang bersangkutan.
d.
Unsur
paham adanya yang kudus (sacred) dan suci, dalam bentuk kekuatan gaib, dalam
bentuk kitab suci yang mengandung ajaran-ajaran agama yang bersangkutan,
tempat-tempat tertentu, peralatan untk menyelenggarakan upacara dan sebagainya.
3.
Kebutuhan Manusia Terhadap Agama
Secara naluri manusia mengakui kekuatan
dalam kehidupan ini diluar dirinya. Ini dapat dilihat ketika manusia mengakui
kesulitan hidup, musibah dan berbagai bencana ia mengeluh dan meminta pertolongan
kepada sesuatu yang serba maha, yang dapat membebaskan dari keadaan itu ini
dialami setiap manusia. Naluriah ini mmbuktikan bahwa manusia perlu beragama
dan membutuhkan sang khaliqnya.
Dalam syariat Islam yang bersumber pada
Al-Qur’an dan Sunah menetapkan titik tolak pengkauan dan kesadaran bahwa tidak
ada Tuhan melainkan Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an tentang
kebesaran, keagungan dan kesucian Allah SWT berfirman:
ö/ä3ßg»s9Î)ur ×m»s9Î) ÓÏnºur ( Hw tm»s9Î) wÎ) uqèd ß`»yJôm§9$# ÞOÏm§9$# ÇÊÏÌÈ
Dan Tuhanmu adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada
Tuhan melainkan Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Baqarah[2] (163).
Kebutuhan manusia terhadap agama dapat
disebabkan karena masalah prinsip dasar kebutuhan manusia. Ada 2 faktor yang
menyebabkan manusia memerlukan agama tersebut adalah sebagai berikut.
a.
Faktor
Kondisi Manusia
Kondisi
manusia terdiri dari beberapa unsur, yaitu unsur jasmani dan unsur rohani untuk
membutuhkan kedua unsur tersebut harus mendapat perhatian khusus seimbang.
Unsur jasmani membutuhkan pemenuhan yang
bersifat fisik jasmani. Kebutuhan tersebut adalah makan-minum,
bekerja-istirahat yang seimbang, olahraga dan segala aktivitas jasmani yang
dibutuhkan. Unsur rohani membutuhkan pemenuhan yang bersifat psikis (mental)
rohani-kebutuhan tersebut adalah pendidikan agama budi pekerti, kepuasaan,
kasih sayang dan segala aktivitas rohani yang seimbang.
Memahami
hal tersebut, Tuhan memberikan bimbingan kepada manusia untuk beragama.
Kebahagian melalui agama adalah kebahagian hidup di dunia dan diakhirat, seperti dilansir dalam
Al-Qur’an bahwa manusia selalu berdoa sebagai berikut:
!$oY/u $oYÏ?#uä Îû $u÷R9$# ZpuZ|¡ym Îûur ÍotÅzFy$# ZpuZ|¡ym $oYÏ%ur z>#xtã Í$¨Z9$#
"Ya
Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah Kami dari siksa neraka"
(Q.S. Al-Baqarah: 201)
Untuk
keseimbangan dunia akhirat nabi pun bersabda; bekerjalah untuk kehidupan
duniamu seolah-olah engkau akan hidup dalamnya dan bekerjalah untuk akhirat mu
seolah-olah engkau akan mati besok (Al-Hadits).
b.
Faktor
Status Manusia
Ditinjau
dari sudut jasmani manusia diciptakan Tuhan sangat sempurna. Jika dibandingkan
dengan makhluk-makhluknya lain. Allah menciptakan manusia lengkap dengan
berbagai kesempurnaan, yaitu kesempurnaan akal dan pikiran, kemulian dan
berbagai kelebihan lainnya. Allah SWT berfirman.
ôs)s9 $uZø)n=y{ z`»|¡SM}$# þÎû Ç`|¡ômr& 5OÈqø)s? ÇÍÈ
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya . (Q.S. At-Tin:
4).
Manusia
dengan kelengkapan yang dimiliki, Allah menempatkan mereka pada permulaan yang
paling atas dalam gari harizontal sesama makhluk. Dengan akal manusia mengakui
adanya Allah. Dengan hati nuraninya manusia menyadari bahwa dirinya tidak
terlapas dari pengawasan dan ketentuan Allah.
Karena
agamalah yang mengajarkan manusia mengenal Tuhannya dan menjelaskan cara-cara
berhubungan dengan sang pencipta. Agama mengajarkan cara berkomunikasi dengan
sesamanya, dengan kehidupannya dan lingkungannya.
4.
Fungsi dan Peran Agama Dalam
Kehidupan
Fungsi dan peran agama dalam kehidupan
dapat dikemukakan antara lain sebagai berikut:
a.
Agama
Memberi Makna Rohani
Jasmani
dan rohani manusia harus diberi makan, kalau tidak keduanya akan sakit dan
akhirnya akan rusak jasmani yang sakit dan rusak akan mudah diketahui dan
dirasakan manusia. Akan tetapi kalau rohani yang sakit dan rusak biasanya sulit
diketahui dan dirasakan manusia. Dalam kaitan ini Dzakiah Drajat mengatakan:
kesehatan mental (kesehatan iman) yang terganggun dapat mempengaruhi
keseluruhan hidup seseorang pengaruh itu dapat dibagi menjadi 4 kelompok yaitu;
perasaan, fikiran (kecerdasan) kelakuan dan kesehatan badan”. Selanjutnya
beliau mengatakan “kesehatan mental kesehatan iman) yang terganggu mendorong
seseorang untuk berbuat hal-hal yang tidak baik, seperti suka mengganggu
ketenangan dan hak orang lain, mencuri, menyakiti atau menyiksa orang lain,
memfitnah dan sebagainya.
Rohani
karena dari Allah, maka makanan yang sesuai ialah yang berasal dari Allah.
Allah sudah memberi tahukan kepada manusia bahwa makanan rohani ialah
agama-Nya, yaitu agama Islam.
b.
Agama
menanggulangi kegelisahan hidup
Kegelisahan
akan mempengengaruhi seluruh kehidupan manusia, baik jasmani maupun rohani.
Kartini Kartono dalam bukunya “mental hygiene (kesehatan mental)” mengatakan;
ketegangan-ketegangan batin menyebabkan munculnya rasa permusahan, kemarahan
atau agresi, ketakutan-ketakutan yang kronis, rasa rendah diri, cara hidup yang
sok, pura-pura dan suburnya budaya kompetisi secara tidak sehat.
Comby
Robinson mengatakan “80% dari pasien yang dirawat di berbagai rumah sakit di
Amerika Serikat berasal dari penyakit yang disebabkan oleh kegelisahan.
Dengan
demikian jelaslah bahwa kegelisahan, kekhawatiran dan kecemasan mempengaruhi
seluruh kehidupan manusia terutama pada hal-hal yang buruk. Karena itu
kegelisahan harus ditanggulangi. Dalam menanggulangi kegelisahan, upaya pertama
yang harus dilakukan adalah mencari sebab-sebab timbulnya kegelisahan sesudah
itu barulah usaha menghilangkan sebab-sebabnya. Dan agama adalah satu-satunya
jelas dalam upaya mencari penyebab timbulnya kegelisahan sebab kegelisahan
adalah soal rohani.
c.
Agama
memenuhi tuntutan fitrah
Fitrah
berarti kekuasaan terpendam (laten) yang ada dalam diri manusia, dibawa
semenjak lahir dan akan menjadi daya pendorong bagi kepribadannya.
Dalam
ajaran Islam, ditegaskan bahwa agama adalah kebutuhan fitrah manusia fitrah
keagamaan yang ada dalam diri manusia inilah yang melatar belakangi perlunya
manusia terhadap agama.
d.
Agama
mengatasi keterbatasan akal dan tantangan hidup
D.Haxly
mengatakan “bilamana manusia hanya berpedoman kepada akal dan ilmunya saja
dalam segala persoalannya, maka ia akan setaraf dengan hewn biasa, ia akan
kehilangan pribadinya dan tidak akan selamat. Sebab akal hanya dapat membedakan
antara baik dan buruk tapi tidak mampu menentukan mana sifat-sifat yang baik
dan mana sifat yang buruk.” Oleh karena itu untuk mengatasi kekeliruan dan
kegagalan tersebut tidak ada jalan lain bagi manusia kecuali dengan jalan
agama. Jadi manusia bergama adalah untuk mengatasi keterbatasan kemampuan akal
yang menyebabkan terjadinya kekeliruan dan kegagalan.
Disamping
itu adalah lain yang menyebabkan manusia harus beragama yaitu karena manusia
dalam kehidupanna senantiasa menghadapi berbagai tantangan, baik yang datang
dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam dapat berupa dorongan hawa
nafsu dan bukan bisikan setan. Tantangan dari luar dapat berupa rekayasa dan
upaya-upaya yang dilakukan manusia yang secara sengaja berupaya ingin
memalingkan manusia dari Tuhan. Mereka dengan rela mengeluarkan biaya, tenaga
danpikiran yang dimanifestasikan dalam berbagai bentuk kebudayaan yang
didalamnya mengandung misi menjauhkan manusia dari Tuhan. Firman Allah SWT.
¨bÎ) úïÏ%©!$# (#rãxÿx. tbqà)ÏÿZã óOßgs9ºuqøBr& (#rÝÁuÏ9 `tã È@Î6y «!$# 4
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan
harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah…” (Q.S. Al-Anfal: 36)
C.
KESIMPULAN
1. Agama dari sudut bahasa
(etimologis) berarti perarturan-peraturan tradisional, ajaran-ajaran,
kumpulan-kumpulan hukum yang turun-temurun dan ditentukan oleh adat kebiasaan.
Agama berasal dari bahasa sanskerta, yaitu A
dan Gam. A artinya tidak dan Gam artinya pergi. Jadi bermakna tidak
pergi yang berarti tetap ditempat.
2. Secara istilah WJS
Poerwadarminto mendefinisikan agama adalah segenap kepercayaan (kepada tuhan,
dewa dan sebagainya) serta dengan kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang
berkaitan dengan kepercayaan itu.
3. Unsur-unsur penting
dalam agama sebagaimana dijelaskan oleh Haus Nasution adalah.
a.
Unsur
kepercayaan terhadap kekuatan gaib
b.
Unsur
kepercayaan bahwa kebahagian dan kesejahteraan hidup didunia dan diakhirat.
c.
Unsur
respon yang bersifat emosional dari manusia.
d.
Unsur
paham adanya yang kudus (sacred) dan suci.
4. Ada 2 faktor yang
menyebabkan manusia memerlukan agama yaitu faktor kondisi manusia dan faktor
status manusia.
5. Fungsi dan peran agama
a.
Agama
memberi makan rohani
b.
Agama
menanggulangi kegelisahan hidup
c.
Agama
memenuhi tuntutan fitrah
d.
Agama
mengatasi keterbatasan akal dan tantangan hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. M. Yatimin, 2006. Studi Islam Kontemporer. Jakarta: Amzah
Alim, Muhammad. 2006. Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar